BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan Masalah
Dana BOS termasuk BOS BUKU, DANA PENDIDIKAN DAN Dana Pendamping
membantu pendanaan pendidikan sehingga masyarakat luas mendapat kesempatan
belajar minimal sampai pada Tingkat SLTP atau MTs. Hal ini sesuai dengan Program
Wajar Diksar 9 Tahun Gratis dan Bermutu dengan didukung oleh pendanaan
pendidikan melalui APBN maupun APBD. Kedepan Bangsa Indonesia paling rendah
berpendidikan SLTP/ MTs atau berpendidikan sederajat lainnya sehingga dapat
mengantisipasi setiap perkembangan global yang semakin kompetitif.
Apakah terdapat pengaruh Dana BOS terhadap kesempatan belajar
masyarakat di Kelurahan Pandu Kec. Bunaken ? Analisis dilakukan secara
induktif, kesimpulannya bahwa Dana BOS berpengaruh terhadap kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi masyarakat. Dana BOS membantu pendanaan
pendidikan yang selama ini menjadi beban cukup berat bagi masyarakat miskin dan
masyarakat tidak mampu lainnya.
Agar dana BOS selain untuk pendanaan Biaya
Operasional Sekolah perlu ditingkatkan angka nominal rupiahnya untuk membantu
biaya hidup dan/ atau biaya kebutuhan lainnya misal bantuan biaya sandang,
pangan, pemondokan, transport, buku tulis, alat-alat tulis, uang saku dan
sebagainya, termasuk biaya persiapan melanjutkan studi ke SLTA, dan bekal
persiapan dalam memperoleh pekerjaan. Selain itu agar para guru dan SDM lain
yang mendapat tugas mengelola program tersebut tidak terbebani dengan anggaran
yang cukup ketat tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih
untuk melakukan penelitian dengan judul “
Dampak Kebijakan Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM Program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) Dalam Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat Miskin ( Suatu Studi Di
Kelurahan Pandu Kecamatan Bunaken Kota Manado)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan di jabarkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Apakah
ada hubungan antara kebijakan kompensasi pengurangan subsidi BBM program
bantuan operasioanl sekolah (BOS) dengan peningkatan taraf hidup masyarakat
miskin ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun penulisan
penelitian ini adalah :
a.
Untuk
melihat apakah ada hubungan antara kebijakan komprnsasi BBM Program Bantuan
Operasional Sekolah dengan taraf hidup masyarakat miskin.
b.
Untuk
mengetahui sejauh mana hubungan antara kebijakan komprnsasi BBM Program Bantuan
Operasional Sekolah dengan taraf hidup masyarakat miskin.
D. Manfaat Penulisan
a.
Sebagai
bahan pertimbangan pemerintah pusat mauopun daerah dalam perencanaan
program-program pendidikan untuk masyarakat miskin dan menengah kebawah.
b.
Sebaagai
kegunaan pribadi berupa pengalaman dan latihan dalam mempelajari segi-segi kehidupan masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Implementasi Kebijakan BOS
BOS adalah program pemerintah yang pada
dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia
bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun
demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang
diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.
Dasar Hukum
Landasan hukum dalam pelaksanaan program
BOS Tahun 2009 meliputi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
5. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
6. Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
7.
Keuangan
dalam pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
8. Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom.
9. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
10. . Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang
Wajib Belajar
11. Peraturan
Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
Pokok dari kebijakan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berisi
tentang:
A. Jenis Biaya Pendidikan
B. Madrasah Penerima BOS
C. Program BOS dan Program Wajar Dikdas 9 Tahun Yang
Bermutu
D. Kriteria Siswa Miskin Yang Dibebaskan Dari Biaya
Pendidikan
E. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
F. Tanggung Jawab Peserta Didik, Orang Tua, dan/atau
Wali PesertaDidik
Kebijakan Mengenai BOS ini memang
sejalan dengan tujuan pendidikan, akan tetapi mengakibatkan disfungsi orang
tua. Hal ini dikarenakan orang tua menjadi cenderung lepas tangan terhadap
perkembangan putra putrinya.
Hal ini saya utarakan sesuai dengan pendapat saya yang
merasakan dampak dari program bos ini. Selain itu, menjadi tambahan beban bagi
guru dalam hal administrasi dan pelaporan.Selain itu, keterlambatan pencairan
dana, menyebabkan guru harus memutar otak untuk mencari dana talang
operasional.
Dengan demikian bantuan Operasional
Sekolah (BOS) adalah dana dari pemerintah pusat yang didistribusikan melalui
pemerintah daerah ke SMP/MTs/yang sederajat melalui rekening sekolah untuk
membantu kegiatan operasional sekolah dalam rangka penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun. BOS dihitung berdasarkan jumlah siswa, sehingga
sekolah yang jumlah siswanya lebih banyak dalam penuntasan Wajib Belajar akan
menerima BOS lebih besar.
B. Taraf Hidup
Masyarakat
Menurut
Undang-undang No 11 Tahun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi
terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini
menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan
dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara.
Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial
sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.
Konsep kesejahteraan
menurut Nasikun (1993) dapat dirumuskan sebagai padanan makna dari konsep
martabat manusia yang dapat dilihat dari empaat indicator yaitu : (1) rasa aman
(security), (2) Kesejahteraan
(welfare), (3) Kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (Identity)
Biro Pusat
Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat kesejahteraan
rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indicator yang dapat dijadikan ukuruan,
antara lain adalah :
1) Tingkat pendapatan keluarga;
2) Komposisi pengeluaran rumah
tangga dengan membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non-pangan;
3) Tingkat pendidikan keluarga;
4) Tingkat kesehatan keluarga,
dan;
5) Kondisi perumahan serta
fasilitas yang dimiliki dalam rumah tangga.
Menurut
Kolle (1974) dalam Bintarto (1989), kesejahteraan dapat diukur dari beberapa
aspek kehidupan:
1) Dengan
melihat kualitas hidup dari segi materi, seperti kualitas rumah,
bahan pangan dan sebagianya;
2) Dengan
melihat kualitas hidup dari segi fisik, seperti kesehatan
tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;
3) Dengan
melihat kualitas hidup dari segi mental, seperti fasilitas
pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya;
4) Dengan
melihat kualitas hidup dari segi spiritual, seperti moral, etika,
keserasian penyesuaian, dan sebagainya.
Menurut
Drewnoski (1974) dalam Bintarto (1989), melihat konsep kesejahteraan dari tiga
aspek; (1) dengan melihat pada tingkat perkembangan fisik (somatic
status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya; (2) dengan
melihat pada tingkat mentalnya, (mental/educational status) seperti
pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya; (3) dengan melihat pada integrasi
dan kedudukan social (social status)
Todaro
(2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat
direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat
ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih
baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas
masyarakat.
Hasil
Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 1989 yang dilakukan oleh BPS membuktikan bahwa
semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran
keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin
kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula
bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan, dengan demikian
jumlah anggota keluarga secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan
keluarga.
Dalam
memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa factor
yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain : (1)
social ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan ekonomi
sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau masyarakat, (3)
potensi regional (sumberdaya alam, lingkungan dan insfrastruktur) yang
mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi
kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala
lokal, regional dan global (Taslim, 2004).
C.
Pengaruh
Antara Implementasi Kebijakan BOS Terhadap Taraf Hidup Masyarakat
Pendidikan adalah hal yang
sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena perkembangan dan kemajuan suatu
bangsa dapat diukur melalui tingkat dan kualitas pendidikan serta tingkat
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan merupakan salah satu kunci
penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun,
sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan
akses untuk memperoleh pendidikan bermutu, hal ini disebabkan antara lain
karena mahalnya biaya pendidikan dan orang miskin memang tidak ada biaya untuk
pendidikan dikarenakan lebih mengutamakan biaya untuk makan.
Krisis global semakin membuat
kehidupan yang sudah sulit menjadi semakin rumit bahkan telah
menjadi suatu dilema dan masalah klasik yang tidak pernah kunjung
selesai. Permasalahan yang kian nampak dan semakin menjadi-jadi adalah
semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin di Indonesia yang berdampak pada
rendahnya tingkat pendidikan yang dapat dirasakan oleh mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat di
tarik satu kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang cukup erat antara
implementasi kebijakan Bantuan Operasional Sekolah terhadap peningkatan taraf
hidup masyarakat di Kelurahan Pandu Kec. Bunaken Kota Manado.
D.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian yang kebenarannya masih harus di uji
kembali secara empiris. (Sumadi Suryabrata, 1983 : 75)
Sehubungan dengan itu dan bertitik tolak
darin uraian-uraian di atas, maka di tarik suatu hipotesis penelitian sebagai
berikur :
“Apabila kebijakan kompensasi pengurangan subsidi BBM
program bantuan operasional sekolah dilaksanakan secara intensif, maka dapat
mempengaruhi tingkat taraf hidup masyarakat miskin”
Akan tetapi sejauh mana kebenarannya
dari hipotesis di atas, itulah yang nantinya akan dibuktikan lewat penelitian
selanjutnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Variabel
Penelitian dan Definisi Oprasional
1.
Variabel
Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yang di teliti, yaitu :
a.
Varibel
Implementasi Kebijakan BOS sebagai vaiabel independen atau variabel pengaruh
dengan simbol X.
b.
Variabel
Taraf Hidup Masyarakat sebagai variabel dependen atau variabel terpengaruh
dengan simbol Y.
2.
Definisi
Operasional
Definisi operasional dari kedua variabel adalah :
a.
Implementasi
kebijakan BOS merupakan pelaksanaan program bantuan pendidikan kepada
masyarakat kurang mampu atau masyarakat miskin untuk meningktkan taraf
pendidikan sebagai bagian dari peningkatan taraf hidup masyarakat luas.
b.
Taraf Hidup
Masyarakat merupakan tingkat tinggi rendahnya kesejahteraan masyarakat yang di
ukur dari tingkat ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.
B.
Populasi dan
Sampel.
Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat yang ada di Kelurahan Pandu
Kecamatan Bunaken Kota Manado. Dan besarnya sampel yang berjumlah 30 warga yang
di ambil dalam 1 lingkungan dari 8
lingkungan yang ada di Kelurahan Pandu Kecamatan Bunaken
C.
Instrumen dan
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, instrumen atau
alat yang digunakan untuk memperoleh data berupa Questioner (Daftar Pertanyaan) yang disusun secara
berstruktur yang sifatnya terbuka untuk di edarkan pada setiap masyarakat yang
di jadikan sampel.
Dalam mengumpulkan data melalui
quetioner ini, maka untuk setiap variabel di ajukan 10 dan 8 pertanyaan yang
sudah di tentukan dalam definisi operasional (sehingga jumlah seluruhnya 18
pertanyaan untuk variabel X dan Y ) dan tiap pertanyaan disediakan 5 option.
D.
Teknik dan
Analisis Data
Untuk menguji dan membuktikan hipotesis
yang diajukan, maka akan dipergunakan teknik-teknik analisa data sebagai
berikut :
1.
Analisis data
menggunakan tabel dan memakai Teknik Deskriptif Presentase
P =
P = Persentase
F = Frekuensi
N = banyaknya
individu
2.
Menggunakan
skoring data dengan skala likert dari responden, yaitu dimana makin baik dan
positif jawabannya maka diberikan nilai paling tinggi.
3.
Dalam
menganalisis data ini di gunakan Teknik Analisa Chi-Square (Kai Kuadrat)
Rumus
Chi-Square
Yaitu,
:
chi-kuadrat
Fo
: frekuensi observasi
Fh
: frekuensi harapan/hipotesis.
Untuk
menguji hipotesis hubungan variabel independen (kategorik) dengan
variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Proses pengujian Chi
Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna.
variabel dependen (kategorik) menggunakan uji Chi Square. Proses pengujian Chi
Square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya bila nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Analisi Data
Sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya, bahwa tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui/membuktikan apakah terdapat hubungan antara Implementasi Kebijakan
BOS dan Taraf Hidup.
Sehubungan
dengan itu, bab ini akan mengungkapkan hasil analisa data dengan menggunakan
teknik-teknik, rumus statistik dan alat bantu dalam menghitungnya.
Dalam
menganalisis data ini diterapkan 2 jenis analisa yaitu, Teknik Analisis
Persentase dan Teknik Analisis Chi Square.
Tabel
1. Daftar Raw Score
|
No
|
X
|
Y
|
|
No
|
X
|
Y
|
|
No
|
X
|
Y
|
|
1
|
30
|
14
|
11
|
42
|
26
|
21
|
32
|
19
|
||
|
2
|
29
|
27
|
12
|
43
|
24
|
22
|
31
|
11
|
||
|
3
|
24
|
26
|
13
|
37
|
25
|
23
|
36
|
11
|
||
|
4
|
33
|
29
|
14
|
28
|
18
|
|
24
|
33
|
12
|
|
|
5
|
30
|
24
|
15
|
39
|
24
|
|
25
|
32
|
16
|
|
|
6
|
20
|
16
|
16
|
27
|
20
|
|
26
|
22
|
15
|
|
|
7
|
26
|
27
|
17
|
32
|
21
|
27
|
34
|
16
|
||
|
8
|
17
|
15
|
18
|
34
|
13
|
28
|
24
|
21
|
||
|
9
|
39
|
27
|
19
|
26
|
19
|
29
|
39
|
25
|
||
|
10
|
34
|
24
|
20
|
26
|
15
|
30
|
33
|
16
|
(ket : X Variabel
Implementasi kebijakan BOS, Y Variabel Taraf Hidup)
1. Analisis Persentase
a. Variabel Implementasi Kebijakan BOS (X)
Ø Score Tertinggi = 43
Ø Score Terendah = 17
Ø R : 43-17 = 26
Penilaian
variabel ditetapkan 3 kategori (Tinggi, Sedang, Rendah). Rentang score (Panjang
Kelas Interval) dihitung 26 : 3 =8,66 dibulatkan menjadi 9.
Maka interval kelas untuk setiap kategori
yaitu :
Tinggi : 43 s/d 35
Sedang : 34 s/d 26
Rendah : 25 s/d 17
Tabel
2. Distribusi Responden Menurut Tanggapan Terhadap Implementasi Kebijakan BOS
(X)
|
Implementasi
Kebijakan BOS
|
f
|
%
|
|
Tinggi
(
35 – 43 )
|
7
|
23,33
|
|
Sedang
(
26 – 34 )
|
18
|
60
|
|
Rendah
(
17 – 25 )
|
5
|
16,67
|
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Tabel 2 menunjukkan bahwa 7 orang atau
23,33% dari 30 orang responden yang di wawancarai bahwa program BOS berada pada
katagori “Tinggi”, kemudian 18 orang atau 60% mengatakan berada pada kategori
“Sedang”, dan sisanya 5 orangh atau 16,67% menyatakan masih pada kategori
“Rendah”.
b.
Variabel
Taraf Hidup
Ø
Score
Tertinggi : 29
Ø
Score
Terendah : 11
Ø
R : 29 – 11 =
18
Penilaian variabel ditetapkan 3
kategori (Tinggi, Sedang, Rendah). Rentang score (Panjang Kelas Interval)
dihitung 18 : 3 = 6
Maka interval kelas untuk setiap kategori
yaitu :
Tinggi : 29 – 24
Sedang : 23 – 18
Rendah : 17 – 11
Tabel 3. Distribusi Responden menurut
tanggapan tentang taraf hidup (Y)
|
Taraf
Hidup
|
f
|
%
|
|
Tinggi
(
24 – 29 )
|
12
|
40
|
|
Sedang
( 18 - 23 )
|
6
|
20
|
|
Rendah
(
11 - 17 )
|
12
|
40
|
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Tabel 3 menunjukkan bahwa 12 orang atau
40% dari 30 orang responden yang di wawancarai bahwa variabel taraf hidup keluarga berada pada taraf yang “Tinggi”,
kemudian 6 orang atau 20% mengatakan berada pada kategori “Sedang”, dan sisanya
12 orangh atau 40% menyatakan masih pada kategori “Rendah”.
2.
Analisis Chi
Square
Sebelum
menlakukan analisis chi squarer, maka terlebih dahulu perlu dilakukan tabulasi data secara silang
antara data frekuensi observasi (fo)
tentang variable X dengan data frekuensi observasi variable Y. Dari hasil
tabulasi silang data observasi tersebut kemudian dihitung data frekuensi
harapan / hipotesis (fh).
Tabel
4. Analisis tabulasi silang hubungan antara implementasi kebijakan bos (x)
dengan taraf hidup (y)
|
Implementasi Kebijakan BOS
|
Taraf Hidup
|
||||
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Jumlah
|
||
|
Tinggi
|
Fo
|
5
(71,43 %)
|
0
(0,00 %)
|
2
(28,57 %)
|
7
|
|
Fh
|
2,8
|
1,4
|
2,8
|
||
|
Sedang
|
Fo
|
5
(27,78 %)
|
5
(27,78 %)
|
8
(44,44 %)
|
18
|
|
Fh
|
7,2
|
3,6
|
7,2
|
||
|
Rendah
|
Fo
|
1
(20 %)
|
1
(20 %)
|
3
(60 %)
|
5
|
|
Fh
|
2
|
1
|
2
|
||
|
Jumlah
|
12
|
6
|
12
|
30
|
|
Hasil analisa data tabulasi silang pada tabel 4 antara
lain sebagai berikut :
1)
Dari 7 orang responden yang menilai bahwa
variable implementasi kebijakan BOS berada pada kategori tinggi ada 5 orang
atau 71,43% dari mereka yang menyatakan taraf hidup berada pada kategori
tinggi, kemudian tidak ada satupun atau 0,00% dari mereka yang menyatakan taraf
hidup keluarga berada pada kategori sedang, dan sisanya 2 orang atau 28,57%
berada pada kategori rendah.
2)
Dari 18 orang responden yang menyatakan bahwa
variable implementasi kebijakan BOS berada pada kategori sedang ada 5 orang
atau 27,78% dari mereka yang menyatakan taraf hidup berada pada kategori
tinggi, kemudian 5 orang atau 27,78% taraf hidup keluarga berada pada kategori
sedang, dan sisanya 8 orang atau 44,44% berada pada kategori rendah.
3)
Dari 5 orang responden yang menilai bahwa
variable implementasi kebijakan BOS berada pada kategori rendah ada 1 orang
atau 20% dari mereka yang menyatakan taraf hidup berada pada kategori tinggi,
kemudian 1 orang lagi atau 20% taraf hidup keluarga berada pada kategori
sedang, dan sisanya 3 orang atau 60% berada pada kategori rendah.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
variable implementasi kebijakan BOS (X) dengan variable taraf hidup (Y)
tersebut akan ditunjukan oleh hasil analisis chi square yaitu sebagai berikut :
Tabel 5. Tabel Kerja Analisis Chi Square
|
No
|
fo
|
fh
|
fo - fh
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
5
0
2
5
5
8
1
1
3
|
2,8
1,4
2,8
7,2
3,6
7,2
2
1
2
|
2,2
-1,4
-0,8
-2,2
1,4
0,8
-1
0
1
|
4,84
1,96
0,64
4,48
1,96
0,64
1
0
1
|
1,73
1,4
0,23
0,67
0,54
0,09
0,5
0
0,5
|
|
∑
|
30
|
30
|
0
|
-
|
|
B.
Pembahasan Hasil
Analisis Data
Hasil
analisis di tabel 5 di atas didapati nilai chi square hitung sebesar 5,66.
Kemudian apabila nilai chi square ini di bandingkan dengan nilai chi square
pada tabel kritik untuk taraf signifikansi 0,05 dan pada Derajat Bebas
(3-1)(3-1) = 4, ditemukan bahwa chi square hitung sebesar 5,66 lebih besar dari
chi square pada tabel kritik yaitu 5,38527.
Dengan melihat nilai chi square hitung 5,66
yang lebih besar dibandingkan dengan
nilai chi-kuadrat table kritik 5,38527 pada taraf signifikansi 0,05. Maka dapat
dikatakan bahwa Tidak Ada Hubungan antara Program Implementasi Kebijakan
BOS dengan Taraf Hidup di Kelurahan Pandu Kecamatan Bunaken Kota Manado.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø
Dengan
diadakannya Program pemerintah dalam bidang pendidikan yaitu berupa Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) masih sangat rendah. Dari hasil penelitian ini dapat
dikatakan bahwa masih banyaak sekolah yang membutuhkan dana BOS itu untuk
merenovasi dan memperbaik sarana dan prasarana sekolah agar bisa menunjang
pendidikan dan prestasi siswa yang lebih baik lagi.
Ø
Dari segi
tingkat taraf hidup masyarakat di Pandu kecamatan Bunaken masih tergolong
sedang atau menengah kebawah dan masih perlu banyak pengawasan dari pemerintah
yang terkait.
B. Saran
Ø
Disadari
betapa pentingnya pendidikan dalam rangka untuk mencerdaskan anak bangsa,
sehingga harus buat lebih baik dan efisien lagi terhadap Bantuan pemerintah
terlebih khususnya bantuan pendidikan. Agar supaya seluruh masyarakat dari yang kaya hingga yang miskin bisa
mendapati dan menikmati pendidikan yang layak.
DAFTAR PUSTAKA
Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
Biro Pusat Statistik Indonesia (2000)
Nasikun, Dr. 1996. Urbanisasi
dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. PT. Tiara Wacana.Yogyakarta.
Bintarto.
1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta
Peraturan Menteri Nomor:
PER.25/MEN/IX/2009 tentang Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi dan
Kesejahteraan Transmigran.
Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1983.
Depdiknas
dan Depag. 2006. Buku pedoman
Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar