Total Tayangan Halaman

Rabu, 14 September 2016

Makalah : Perilaku Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku organisasi hakekatnya mendasarkan pada ilmu perilaku itu sendiri yang dikembangkan dengan pusat perhatiannya pada tingkah laku manusia dalam suatu organisasi. Kerangka dasar bidang pengetahuan ini didukung paling sedikit dua komponen, yakni individu-individu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah dari perilaku itu. Ciri peradaban manusia yang bermasyarakat senantiasa ditandai dengan keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Itu berarti bahwa manusia tidak bisa melepaskan dirinya untuk tidak terlibat pada kegiatan-kegiatan berorganisasi. Masyarakat kita ini adalah masyarakat organisasi. Manusia hidup dilahirkan dalam organisasi, di didik oleh organisasi, dan hampir dari semua manusia mempergunakan waktu hidupnya bekerja untuk organisasi. Waktu senggangnya dipergunakan untuk bermain-main, berdoa, di dalam organisasi. Demikian pula manusia bakal mati di dalam suatu organisasi dan ketika sampai ke saat pemakaman, organisasi masih tetap memegang peranan. Dari ungkapan ini jelaslah bahwa manusia dan organisasi sudah menyatu dan bila dua komponen pendukung perilaku organisasi berinteraksi akan melahirkan suatu kancah perdiskusian yang semarak, yakni perilaku organisasi sebagai suatu titik perhatian ilmu tersendiri.
B.  Rumusan Masalah
·      Apa itu perilaku manusia ?
·      Memahami perilaku  manusia di dalam organisasi
C.  Tujuan Penulisan
Penulisan ini merupakan penyelesaian tugas dalam memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Administrasi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Perilaku
            Perilaku manusia adalah sebagai suatu fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya. Sebagai gambaran dari pemahaman ungkapan ini, misalnya: seorang tukang parkir yang melayani memparkir mobil, seorang mekanik yang bekerja dalam bengkel, seorang karyawan asuransi yang datang kerumah menawarkan jasa asuransinya, seorang perawat di rumah sakit, dan juga seorang mamajer di kantor yang membuat keputusan. Mereka semuanya akan berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda.
            Individu membawa kedalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Ini semuanya adalah karakteristik yang dipunyai individu, dan karakteristik ini akan di bawa olehnya manakala ia akan memasuki sesuatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya. Organisasi yang juga merupakan suatu lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik pula. Adapun karakteristik yang dipunyai organisasi antaranya keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem pengajian (reward system), sistem pengendalian dan lain sebagainya. Jikalau karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi, maka akan terwujudlah perilaku individu dalam organisasi.
            Perilaku adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Ini berarti bahwa seseorang individu dengan lingkungannya menentukan perilaku keduanya secara langsung. Individu dengan organisasi tidak jauh berbeda dengan pengertian ungkapan tersebut. Keduanya mempunyai sifat-sifat khusus atau karakteristik tersendiri dan jika kedua karakteristik ini berinteraksi maka akan menimbulkan perilaku individu dalam organisasi.
B.Mencoba Memahami Sifat-Sifat Manusia
            Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula dikembangkan oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep tersebut terdapat perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisa kembali prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat kiranya dikemukakan sebagai berikut.
1)      Manusia berbeda perilakunya, karena kemampuannya tidak sama.
Prinsip dasar kemampuan ini amat penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda dengan yang lain. Karena terbatasnya kemampuannya ini, seseorang bisa berbuat menjahit satu celana dalam waktu 10 menit, orang lain memerlukan 3 hari dalam hal yang sama. Karena kemampuan ini, seseorang pimpinan bisa mengatasi persoalan yang rumit hanya memerlukan beberapa saat saja, tetapi tidaklah demikian dengan pimpinan yang lain, ia memerlukan puasa tiga hari tiga malam, berkonsultasi dengan seorang tua di suatu desa yang diagung-agungkan, dan banyak cara yang dilakukan. Terbatasnya kemampuan ini yang membuat seseorang manusia, tetapi jawaban manusia untuk mewujudkan keinginannya itu terbatas, sehingga menyebabkan semua yang diinginkan itu tidak tercapai.
            Perbedaan kemampuan ini ada yang beranggapan karena disebabkan sejak lahir manusia ditakdirkan tidak sama kemampuannya. Ada pula yang beranggapan bukan disebabkan sejak lahir, melainkan karena perbedaannya menyerap informasi dari suatu gejala. Ada lagi yang beranggapan bahwa perbedaan kemampuan itu disebabkan kombinasi dari keduanya. Oleh karenanya kecerdasan merupakan salah satu perwujudan dari kemampuan seseorang, ada pula yang beranggapan bahwa kecerdasan seseorang itu juga berasal dari pembawaan sejak lahir, ada pula yang beranggapan karena didikan dan pengalaman. Namun demikian ada pula yang membenarkan bahwa kecerdasan (IQ) seseorang itu dipengaruhi oleh tingkat keterbatasan karena adanya pembatasan-pembatasan physis (physiological limitations).
            Lepas dari setuju atau tidak setuju dari perbedaan-perbedaan tersebut ternyata bahwa kemampuan seseorang dapat membedakan perilakunya. Dan karena perbedaan kemampuannya ini maka dapat kiranya dipergunakan untuk memprediksi  pelaksanaan dan hasil kerja seseorang yang bekerjasama di dalam suatu organisasi tertentu. Kalau kita berhasil memahami sifat-sifat manusia dari sudut ini, maka kita akan faham pula mengapa seseorang berperilaku yang berbeda dengan yang lain di dalam melaksanakan suatu kerja yang sama.
2)      Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda.
Ahli-ahli ilmu perilaku umumnya membicarakan bahwa manusia ini berperilaku karena didorong oleh serangkaian manusia  kebutuhan. Dengan kebutuhan ini dimaksudkan adalah beberapa pernyataan di dalam diri seseorang (internal state) yang menyebabkan seseorang itu berbuat untuk mencapainya sebagai suatu obyek atau hasil.
Kebutuhan seseorang berbeda dengan kebutuhan orang lain. Seseorang karyawan yang didorong untuk mendapatkan tambahan gaji supaya bisa hidup 1 bulan dengan keluarganya, tingkah perilakunya jelas akan berbeda dengan karyawan yang didorong oleh keinginan memperoleh kedudukan agar mendapatkan harga diri di dalam masyarakat. Kadangkala seseorang yang sudah berhasil memenuhi kebutuhan yang satu, misalnya kebutuhan mencari makan atau papan, kebutuhannya akan berlanjut dan berubah atau berkembang. Ia akan menempatkan kebutuhan yang ingin dicapai itu berganti dengan kebutuhan yang lain. Kebutuhan yang sekarang mendorong seseorang, mungkin akan merupakan hal yang potensial dan juga mungkin tidak, untuk menentukan perilakunya di kelak kemudian hari.
Pemahaman kebutuhan yang berbeda dari seseorang ini amat bermanfaat untuk memahami konsep perilaku seseorang di dalam organisasi. Hal ini bisa dipergunakan untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku yang berorientasi tujuan di dalam kerjasama organisasi. Ini juga dapat menolong kita untuk memahami mengapa suatu hasil dianggap penting bagi seseorang, dan juga menolong kepada kita untuk mengerti hasil manakah yang akan menjadi terpenting untuk menentukan spesifikasi individu.
3)      Orang berfikir tentang masa depan, dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak.
Kebutuhan-kebutuhan manusia dapat dipenuhi lewat perilakunya masing-masing. Didalam banyak hal, seseorang dihadapkan dengan sejumlah kebutuhan yang potensial harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Cara untuk menjelaskan bagaimana seseorang membuat pilihan di antara sejumlah besar rangkaian pilihan perilaku yang terbuka baginya, adalah dengan mempergunakan penjelasan teori expectancy. Teori ini berdasarkan atas proposisi yang sederhana yakni bahwa seseorang memilih berperilaku sedemikian karena ia yakin dapat mengarahkan untuk mendapatkan sesuatu hasil tertentu (misalnya mendapatkan hadiah-hadiah atau upah, dan dikenal oleh atasan yang menarik baginya karena sesuai dengan tuntutan kebutuhannya). Teori Expectancy ini berdasarkan suatu anggapan yang menunjukkan bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian ia mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya.
Berikut ini menunjukkan pertimbangan seseorang di dalam melakukan sesuatu tindakan dengan memperhitungkan beberapa faktor antaranya:
a)      Probabbilitas jika ia mengambil serangkaian usaha ia akan mampu untuk mencapai tingkat pelaksanaan kerja yang diharapkan (Expectancy U - P atau Expectancy antara Usaha dan Pelaksanaan).
b)      Jika tingkat pelaksanaan kerja itu dicapai, maka probilitasnya bahwa hal itu akan mengarahkan pencapaian hasil-hasil (EX. P – H atau Expectancy antara Pelaksanaan kerja dan Hasil yang akan dicapai).
c)      Daya tarik dari hasil, nampaknya sebagai hal yang menaikkan pelaksanaan kerja.
d)      Suatu tingkat dimana hasil merupakan daya tarik tambahan, disebabkan karena kemampuan hasil untuk memimpin kearah tercapainya hasil lain yang diinginkan.
Dengan model ini dapat dipahami bahwa kekuatan yang mendorong seseorang untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu akan menjadi besar, manakala individu tersebut:
a)      Percaya bahwa pelaksanaan kerja pada suatu tingkat yang diinginkan itu memungkinkan (tingginya expectancy U - P).
b)      Percaya bahwa perilakunya akan memimpin kearah pencapaian suatu hasil (terdapatnya expectancy P – H yang tinggi).
c)      Dan apabila hasil-hasil tersebut mempunyai nilai yang positif (mempunyai daya tarik yang tinggi).
Sebagai contoh, berikan sejumlah pilihan-pilihan perilaku (misalnya 10, 15, atau 20 unit produksi setiap jamnya atau pergi bekerja atau istirahat sepanjang hari). Model di atas akan memproduksi bahwa individu akan memilih perilaku yang memberikan dorongan motivasi yang besar.
Seseorang kemudian memutuskan untuk berperilaku dalam cara yang dirasakan mempunyai kesempatan yang terbaik untuk menhasilkan hasil-hasil yang positif.
Perlu kiranya dicatat bahwa model expectancy ini tidak bisa dipergunakan untuk meramalkan bahwa seseorang akan selalu berperilaku dalam cara yang terbaik agar supaya tercapai tujuan yang diinginkan. Model ini hanya membuat asumsi-asumsi bahwa seseorang membuat keputusan yang rasional itu berdasarkan pada persepsinya terhadap lingkungannya. Tetapi hal itu bukan berarti menduga (assume) bahwa seseorang mempunyai informasi yang menyeluruh dan akurat, ketika ia membuat keputusan-keputusan tersebut. Seseorang selalu berhenti mempertimbangkan pilihan-pilihan perilaku, jika ia mempunyai paling sedikit kepuasan yang hanya bersifat moderat, walaupun perilaku yang memberikan penghargaan tetap dipertimbangkan. Pengamatan untuk memilih perilaku yang mana yang tepat adalah memboroskan waktu dan tenaga, oleh karenanya tidaklah ayal kalau manusia terbatas daya eksplorasinya untuk memilih tersebut, dan tetap mendapatkan hasil yang tidak memuaskan. Seseorang juga terbatas kemampuannya dalam menangkap semua informasi dalam satu ketika dan hasil yang dihubungkan dengan banyak perilaku adalah teramat komplek. Oleh karenanya adalah sulit bagi seseorang untuk mempertimbangkan sesuatu hasil itu berasal dari perilaku tertentu.
4)      Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya.
Model expectancy, seperti halnya dengan banyak hampiran yang dipergunakan untuk memahami perilaku, menduga bahwa orang berperilaku itu menurut persepsinya terhadap dunia ini. Ini menunjukkan bahwa persepsi mengarahkan kepada suatu kepercayaan tentang pelaksanaan kerja apakah yang memungkinkan, dan hasil-hasil apa yang akan mengikuti pelaksanaan kerja tersebut.
Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Proses yang aktif ini melibatkan seseorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berbeda dari lingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu, dan mengevaluasi apa yang dialami itu dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilainya. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan dan pengalaman seseorang itu sering kali berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda. Suatu contoh, orang-orang yang berada dalam organisasi yang sama seringkali mempunyai perbedaan di dalam berpengharapan (expectancy) mengenai suatu jenis perilaku yang membuahkan suatu penghargaan, misalnya naiknya gaji dan cepatnya promosi.
Lingkungan lebih banyak memberikan kepada manusia objek dan peristiwa dibandingkan dengan kemampuan manusia itu sendiri untuk memahami obyek dan peristiwa tersebut. Oleh karenanya seseorang di dalam memahami suatu organisasi pada suatu saat tertentu, ia tidak mengetahui banyak aspek dari lingkungan. Aspek-aspek lingkungan yang diketahui dan yang sudah berjalan adalah merupakan bagian dari sifat dari obyek dan peristiwa itu sendiri, dan merupakan juga bagian dari pengalaman masa lalu dari seseorang. Suatu obyek yang teristimewa di dalam suatu organisasi biasanya banyak dikenal terjadi pada proses-proses kerja yang lumrah dan biasa dikenal oleh banyak orang, dibandingkan dengan yang terjadi pada proses yang tidak lumrah. Surat memo yang tertulis, kemungkinan dianggap tidak istimewa di dalam memberikan bahan-bahan masukan pada karyawannya. Tetapi suatu rapat dengan pimpinan perusahaan di kafetaria yang jarang terjadi dianggap mempunyai keistimewaan yang tinggi dan akan banyak dikunjungi oleh para karyawan. Sebagai tambahan keterangan mengenai hal-hal yang istimewa ini, proses belajar dimasa yang lewat dariseseorang anggota organisasi akan memainkan peranan di dalam menentukan apa yang diketahui. Anggota organisasi belajar untuk membedakan hal-hal apa yang mereka anggap perlu mendapatkan perhatian agar supaya terpenuhi kebutuhannya, dan hal-hal apa yang tidak perlu dipandang sebagai yang terpenting.
Walaupun suatu peristiwa atau suatu obyek diketahui atau diperhatikan, hal tersebut bukanlah menjamin bahwa peritiwa atau obyek tadi dipahami secara akurat. Suatu obyek atau peristiwa tertentu akan memberikan arti bagi seseorang di dalam suatu organisasi, adalah dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhannya. Obyek atau peristiwa seringkali ditafsirkan agar supaya sesuai dengan kebutuhan dan  nilai-nilainya. Sifat yang spesifik dari penyalah tafsiran (distortion) terhadap suatu obyek atau peristiwa tertentu ini, adalah sulit untuk diramalkan. Banyak faktor-faktor yang idiosinkretik yang ikut terlibat baik pada sifat suatu obyek atau peristiwa maupun pada hal-hal yang bersifat psikologis dan emosional dari seseorang.
5)      Seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang (affective).
Orang-orang jarang bertindak netral mengenai sesuatu hal yang mereka ketahui dan alami. Dan mereka cenderung untuk mengevaluasi sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau tidak senang. Selanjutnya, evaluasinya itu merupakan salah satu faktor yang teramat sulit di dalam mempengaruhi perilakunya dimasa yang akan datang.
Perasaan senang dan tidak senang ini akan menjadikan seseorang berbuat yang berbeda dengan orang lain di dalam rangka menanggapi sesuatu hal. Seseorang bisa puas mendapatkan gaji tertentu karena bekerja di suatu tempat tertentu, orang lain pada tempat yang sama merasa tidak puas. Kepuasan dan ketidakpuasan ini ditimbulkan karena adanya perbedaan dari sesuatu yang diterima dengan sesuatu yang diharapkan seharusnya diterima. Sesuatu jumlah yang oleh seseorang dirasakan harus diterima sangat kuat dipengaruhi oleh sesuatu yang diterima oleh orang lain. Orang acapkali membandingkan apa yang ia terima dalam suatu situasi kerja tertentu dengan apa yang diterima orang lain dalam situasi yang sama. Jika hasil perbandingannya ia rasakan tidak adil, maka timbullah rasa tidak puas terhadap hasil yang diterima.
Hasil perbandingan ini kadangkala kurang informasi mengenai bahan masukan (input) dan hasil yang dicapai oleh orang lain tersebut. Sehingga pemahamannya terhadap hasil yang dibandingkan itu tidak tepat. Hal seperti ini dapat dikatakan bahwa orang membuat salah persepsi (misperception) terhadap suatu hasil yang dicapai oleh orang lain yang mengakibatkan kurang tepatnya proses perbandingannya.
Oleh karena salah persepsi ini merupakan gejala yang umum dan merupakan bidang yang amat penting untuk diketahui, maka amatlah sulit bagi pimpinan organisasi untuk mendistribusikan beberapa penghargaan seperti misalnya kenaikan gaji dan promosi pada suatu cara yang dapat memberikan kepuasan pada semua pihak.
6)      Banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang.
Pada awal pembicaraan ini, telah dikemukakan bahwa perilaku seseorang itu adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Dalam bagian ini akan disimpulkan pembicaraan mengenai proses pemahaman sifat-sifat manusia yang telah dikemukakan mulai dari butir pertama sampai dengan butir kelima.
Telah disinggung di depan beberapa faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang itu terangsang untuk berperilaku, dan telah ditekankan pula bahwa kemampuan seseorang adalah suatu pengaruh yang amat penting di dalam pelaksanaan kerja. Organisasi sebenarnya bisa mempengaruhi perilaku seseorang dengan cara mengubah satu atau lebih faktor-faktor penentu dari perilaku individu, hanya saja tidak ada satupun dari faktor-faktor tersebut yang mudah diubah. Tetapi semuanya terbuka untuk dipengaruhi.
Kebutuhan-kebutuhan dan kemampuan tertentu umumnya sulit dipengaruhi, karena mereka sering dibatasi oleh sifat-sifat psikologis dari seseorang, latarbelakang dan pengalamannya. Semuanya ini adalah diluar kemampuan organisasi untuk mempengaruhi. Expectancy dan kemampuan tertentu yang dihasilkan dari proses belajar, di satu pihak adalah terbuka pula untuk dipengaruhi, selama keduanya itu dihasilkan dari interaksi lingkungan kerja. Pengaruh langsung dari lingkungan tempat bekerja ini akan memberikan pengaruh dalam perubahan perilaku seseorang. Berdasarkan teori expectancy, bagian-bagian lingkungan yang ikut menciptakan terjadinya suatu yang diinginkan adalah penting diketahui, karena hal ini bisa menyebabkan terjadinya motivasi. Oleh karena itu nampaknya masuk akal kalau setiap pimpinan memahami dari hasil-hasil yang diinginkan oleh orang-orang dalam lingkungannya, yang kemudian dapat dikembangkan dalam suatu rencana kerja.
Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya, adapula karena kebutuhannya dan ada juga yang karena dipengaruhi oleh pengharapan dan lingkungannya. Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, maka seringkali sesuatu organisasi akan menghadapi kesulitan di dalam menciptakan suatu keadaan yang memimpin kearah tercapainya efektivitas pelaksanaan kerja.
Seorang manajer yang memikirkan untuk menciptakan suatu kondisi yang baik untuk efektivitas pelaksanaan kerja, posisinya adalah sama halnya dengan posisi seorang pelatih permainan sepak bola yang merancang suatu permainan yang efektif. Agar permainannya bisa bekerja, ada dua hal yang perlu mendapat perhatian, yakni bermain yang baik dan faktor keberuntungan. Dari kedua hal ini, pelatih akan mengenal hal manakah dari keduanya yang menentukan permainan efektif tersebut. Kemudian hal yang sudah diketahui itu dikembangkan.
Dengan percontohan permainan sepak bola tersebut, dapat kiranya dipahami bahwa di antara banyaknya faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang, kiranya perlu diadakan penelitian yang seksama faktor-faktor yang manakah yang dominan di dalam mempengaruhi perilaku tersebut. Dari faktor yang sudah diketahui ini kemudian dikembangkan untuk mendapatkan efektivitas pelaksanaan pekerjaan bahwa seseorang dalam organisasinya, perilaku untuk menciptakan efektivitas kerja banyak ditentukan karena kebutuhannya maka pimpinan dapat merancang suatu rencana kerja yang mengarah terpenuhinya kebutuhan tersebut. Kalau seandainya disebabkan karena kemampuan karyawan, maka pimpinan dapat merencanakan peningkatan kemampuan tersebut baik dengan jalan latihan jabatan atau disekolahan. Demikian seterusnya.
C.Beberapa Hampiran Untuk Memahami Perilaku
            Ada beberapa hampiran yang dikembangkan oleh para ahli ilmu perilaku untuk memahami perilaku manusia yang berinteraksi dengan lingkungannya. Hampiran (approach) pemahaman perilaku itu pada umumnya dapat dikelompokkan atas tiga hampiran, yakni: Hampiran kognitif, hampiran penguatan (reinforcement), dan hampiran psikoanalitis.

Hampiran Kognitif
            Hampiran ini pada dasarnya menekankan pada peranan individu atau person dalam hubungan. Hampiran kognitif ini meliputi kegiatan-kegiatan mental yang sadar seperti misalnya berfikir, mengetahui, memahami dan kegiatan konsepsi mental seperti misalnya, sikap, kepercayaan dan pengharapan yang semuanya itu merupakan faktor yang menentukan di dalam perilaku. Di dalam hampiran kognitif ini terdapat suatu interes yang kuat dalam jawaban (respone) atas akibat dari perilaku yang tertutup. Sebab di dalam hal ini sulit mengamati secara langsung proses berfikir dan pemahaman, dan juga sulit menyentuh dan melihat sikap, nilai, dan kepercayaan. Teori kognitif harus dipergunakan sebagai sarana yang tidak langsung untuk mengukur apa yang dilihat sebagai faktor yang amat penting di dalam perilaku.
            Ada tiga hal yang umum terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif ini. Tiga hal itu antara lain: elemen kognitif, struktur kognitif, dan fungsi kognitif. Berikut ini akan diuraikan ketiga hal tersebut.
-          Elemen Kognitif
Teori kognitif percaya bahwa perilaku seseorang itu disebabkan adanya suatu rangsangan (stimulus), yakni suatu obyek fisik yang mempengaruhi seseorang dalam banyak cara. Teori ini mencoba melihat apa yang terjadi diantara stimulus dan jawaban seseorang terhadap rangsangan tersebut. Atau dengan kata lain, bagaimana rangsangan tersebut diproses dalam diri seseorang. Suatu contoh, jika seseorang menawarkan kepada anda untuk membakar buku ini dengan hadiah Rp. 100.000,- dan anda setuju untuk melakukannya, maka disini ada stimulus sejumlah uang dan respon membakar buku. Teori kognitif mencoba memusatkan penjelasan pada proses yang terjadi antara penawaran sejumlah uang dan kegiatan pembakaran tersebut. Proses ini seperti misalnya tingkah laku anda terhadap bukunya sendiri, nilai-nilai relatif anda terhadap pendidikan dan uang, kepercayaan anda dalam hal penilaian orang tersebut pada anda, dan pengharapan anda yang sebenarnya sehingga mau menerima hadiah uang Rp. 100.000,-.
-          Struktur Kognitif
Menurut teori kognitif, aktivitas mengetahui dan memahami sesuatu (cognition) itu tidaklah berdiri sendiri. Aktivitas ini selalu dihubungan dengan dan rencana disempurnakan oleh kognisi yang lain. Proses penjalinan dan tata hubungan di antara kognisi-kognisi ini membangun suatu struktur dan sistem. Struktur dan sistem ini dinamakan struktur kognitif. Sifat yang pasti dari sistem kognitif ini tergantung akan karakteristik dari stimuli yang diproses kedalam kognisi, dan pengalaman dari masing-masing individu.
Struktur kognitif bisa berupa bermacam-macam bentuk. Ia mempunyai sejumlah hal dan bisa menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang berbeda. Adapun hal-hal yang dimilki oleh struktur kognitif ini antara lain:
1)      Struktur kognitif mempunyai perbedaan atau kekomplekan yang jamak, yang semuanya itu ditentukan oleh sejumlah dan bemacam-macamnya kognisi-kognisi yang berbeda dan yang menghasilkan sistem kognisi tertentu. Suatu sistem yang terdiri dari dua kognisi seperti contoh diatas, adalah amat sederhana. Tetapi suatu sistem yang terdiri dari ratusan atau ribuan kognisi, maka sistem tersebut merupakan sistem yang komplek. Misalnya kognisi tentang perang yang mungkin bisa terdiri dari ratusan atau ribuan kognisi, teristimewa bagi seseorang yang pernah mengalami peperangan sendiri, maka akan dipertimbangkan sebagai sistem kognisi yang komplek.
2)      Harta milik kedua dari struktur kognitif adalah kesatuannya suatu sistem atau consonance. Jika kognisi didalam suatu sistem itu bersetujuan (agreement), maka consonance dari sistem itu tinggi dan jika suatu sistem itu terdiri dari kognisi-kognisi yang saling bertentangan maka sistem itu rendah konsonannya. Jika sesuatu yang kita ketahui mengenai Eddi adalah hal yang tidak menyenangkan dan tidak menarik (tak terpuji) maka sistem kognitifnya tinggi konsonannya. Seseorang yang mempunyai pengalaman baik buruk maupun menyenangkan dalam perang, yang mengasosiasikan dengan burung-burung gagak dan merpati akan mendapatkan suatu sistem kognitif tentang perang yang rendah konsonannya.
3)      Harta milik ketiga dari struktur kognitif ini adalah adanya suatu sistem yang saling terjalin, atau adanya suatu tingkat yang menyatu dengan sistem lainnya. Ketika sistem kognitif yang banyak saling berhubungan maka sistem ini membentuk suatu ideologi. Ketika semuanya tidak mempunyai saling keterjalinan atau kalau ada hanya sedikit di antara sistem-sistem kognitif, maka orang tersebut dikatakan mempunyai sistem yang terbagi-bagi tidak menyatu.
-          Fungsi Kognitif
Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi. Diantara fungsi-fungsi itu anata lain:
1)      Memberikan pengertian
Menurut teori kognitif, pengertian terjadi jika suatu kognitif baru dihubungan dengan sistem kognitif yang telah ada. Kognisi memerlukan atribut-atribut tertentu, tergantung pada bagaimana ia berinteraksi dengan satu atau lebih sistem kognitif.
2)      Emosi atau konsekuensi yang menunjukkan sikap (perasaan)
Interaksi antara kognisi dan sistem kognitif tidak hanya memberikan pengertian pada kognisi saja, tetapi dapat pula memberikan konsekuensi-konsekuensi yang berupa sikap atau perasaan. Sikap atau perasaan ini misalnya perasaan senang dan tidak senang, baik atau buruk, benci atau cinta, dan lain sebagainya.
3)      Sikap
Menurut teori kognitif jika suatu sistem kognitif dari sesuatu memerlukan komponen-komponen yang mengandung afektif (emosi) maka sikap untuk mencapai suatu tujuan atau objek itu telah terbentuk. Bersatunya sistem kognitif dan komponen afektif menghasilkan tendensi perilaku untuk mencapai sesuatu objek. Sikap seseorang itu mempunyai kognitif (pengetahuan), afektif (emosi) dan tindakan (tendensi perilaku). Sikap anda terhadap sigaret terdiri dari komponen-komponen kognitif seperti berikut:
·         Sigaret tidak baik untuk kesehatan.
·         Anda mungkin tahu bahwa perokok yang berat itu bisa meninggal karena kangker paru-paru.
·         Anda merasakan tidak nyaman setelah merokok.
·         Beberapa kawan anda adalah perokok.
·         Satu sigaret yang dirokok setelah makan siang akan menghasilkan keadaan yang tidak menyenangkan.
·         Anda tidak bisa konsentrasi ketika sedang merokok
·         Dan lain ssebagainya.
4)      Motivasi
Relevansi teori kognitif untuk menganalisa dan memahami perilaku manusia yang mudah diamati adalah terletak pada motivasi dari perilaku seseorang.
Hal ini disebabkan karena:
a)      Perilaku itu tidak hanya terdiri dari tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga termasuk faktor-faktor internal, seperti misalnya berfikir, emosi, persepsi dan kebutuhan.
b)      Perilaku itu dihasilkan oleh ketidakselarasan yang timbul dalam struktur kognitif.

Hampiran Penguatan (Reinforcement Approach)
Teori penguatan ini tumbuh berkembang bermula dari usaha analisa eksperimen tentang perilaku yang dilakukan oleh psikolog kenamaan Ivan Pavlov dan Edward Thorndike.
Pavlov melakukan penyelidikan atas perilaku anjing percobaannya yang dikenal dengan penyelidikan reflek berkondisi atau juga dinamakan konditioning yang klasik. Jalan penyelidikannya dapat dikemukakan sebagai berikut: Ivan Petrivic Pavlov mengamati air liur yang keluar dari mulut anjing. Percobaannya, manakala ia menekan tombol dan mengeluarkan makanan. Setiap tombol itu ditekan dan kemudian muncul makanan, maka reaksi anjing tersebut selalu mengeluarkan air liur. Air liur itu dapat dilihat dengan jelas dalam pengukur. Menurut Pavlov makanan yang muncul tersebut disebutnya rangsang tidak berkondisi, dan air liur anjing yang melihat makanan itu dinamakan reflek tidak berkondisi.
Edward Lee Thorndike melakukan penyelidikan atas beberapa jenis binatang seperti misalnya kucing, burung dan anjing untuk mengetahui proses belajar coba dan salah (trial and error). Penelitiannya terkenal dengan rumus hukum tentang efek (law of effect) dan hukum latihan (law of exercise) atau hukum guna dan tidak berguna (law of use and house).
Dua orang ahli ini memberikan kontribusi yang besar sekali terhadap pemapanan dari hampiran penguatan ini.

Konsepsi Penguatan (Reinforcement Concept)
Istilah reinforcement (penguatan) secara konsepsial sangat erat hubungannya dengan proses psikologi lainnya yang dikenal dengan motivasi. Memang ada kecenderungan dan godaan yang berusaha menyamakan antara reinforcement dengan motivasi. Motivasi sebagai suatu dasar dari proses psikologi adalah sangat luas dan komplek dibandingkan dengan reinforcement ini. Kebutuhan (need) yang merupakan pusat perhatian dari motivasi berlandaskan pada kognitif dan kebutuhan tersebut merupakan pernyataan di dalam diri setiap orang yang sulit diamati atau dilihat.
Konsepsi penguatan menjelaskan bahwa stimulus adalah sesuatu yang terjadi untuk merubah perilaku seseorang. Suatu stimulus dapat berupa benda fisik ataupun berupa materi. Ia dapat diukur dan diamati. Dan semua stimulus dapat dijumpai di dalam lingkungan manusia. Adapun respon adalah setiap perubahan dalam perilaku individu.
Ada dua yang seringkali mendapat perhatian dalam konsepsi penguat (reinforcement) ini. Dua hal tersebut ialah:
1)      Pemadaman (extinction)
2)      Hukuman (punishment)

Hampiran Psikoanalitis
Hampiran psikoanalitis ini menunjukkan bahwa perilaku manusia ini dikuasai oleh personalitasnya atau kepribadiannya. Pelopor dari psikoanalitis ini ialah Sigmund Freud, yang telah menunjukkan betapa besar sumbangan karyanya pada bidang Psikologi, termasuk konsepsinya mengenai suatu tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental. Dia juga menandaskan bahwa hampir semua kegiatan mental adalah tidak dapat diketahui dan tidak bisa didekati secara mudah bagi setiap individu, namun kegiatan tertentu dari mental ini dapat mempengaruhi perilaku manusia. Freud menganalisa mimpi sebagai suatu studi dari ketidaksadaran tersebut. Dia mengatakan bahwa mimpi itu adalah suatu bentuk pengharapan yang menyenangkan yang kemudian memberikan ekses bagi seseorang terhadap kegiatan ketidaksadarannya. Konsepsi Freud tentang sifat dan pentingnya tingkat ketidaksadaran dari kegiatan mental, membentuk dan menjadi sadar dari pendekatan psikoanalitis ini.

D.Susunan Kepribadian
Seperti dikatakan di depan bahwa pusat perhatian dari pendekatan psikoanalitis ini adalah kepribadian. Ia diartikan sebagai suatu sistem yang dinamis dan memberikan dasar dari semua perilaku. Kepribadian terdiri dari tiga sub sistem.

Konsepsi Id
Pada dasarnya Id adalah subsistem dari kepribadian. Ia adalah penampungan dan sumber dari semua kekuatan jiwa yang menyebabkan berfungsinya suatu sistem. Id ini seringkali dilukiskan sebagai kawah mendidih yang berisi pengharapan dan keinginan-keinginan yang memerlukan pemuasan secepatnya. Pengharapan-pengharapan ini berasal dari insting-insting psikologi yang dipunyai setiap orang sejak lahir. Di dalam rangka mencari pemuasan dari keinginan-keinginannya Id tidak terbelenggu oleh faktor-faktor pembatas seperti etik, moral, alasan, atau logika. Oleh karenanya tidaklah heran jika terdapat dua hal yang bertentangan terjadi bersama-sama dalam satu Id.
Id secara tetap merupakan suatu upaya untuk mendapatkan penghargaan, pemuasan, dan kesenangan. Upaya ini secara pokok diwujudkan lewat libido dan agressi. Libido mengarah pada hubungannya dengan keinginan seksual dan kesenangan-kesenangan, tetapi juga kehangatan, makanan, dan konfortabel. Pada individu-individu yang berkembang, dewasa dan matang, mereka belajar untuk mengendalikan Idnya jangan sampai berkembang menjadi pengrusak. Untuk itulah agama mengajarkan agar keimanan pada Tuhannya senantiasa dipupuk, dan dibina secara sempurna.

Konsepsi Ego
Kalau Id di muka diterangkan sebagai sumber dari ketidaksadaran manusia, maka Ego menunjukkan sebaliknya ialah sumber rasa sadar. Ia mewakili logika dan yang dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan subsistem yang berfungsi ganda yakni melayani dan sekaligus mengendalikan dua sistem lainnya (Id dan Superego) dengan cara berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan luar (external environment). Ego mengembangkan kepentingan Id dengan menghubungkan ke dunia luar untuk mendapatkan pemuasan-pemuasan keinginannya. Dengan kata lain Ego bertindak sebagai perantara bagi Id. Tujuan Ego adalah untuk melindungi kehidupan ini dengan cara menafsiri dan menggali apa yang terjadi di dalam lingkungan luar, sehingga Ego menjadi sadar tentang apa yang terjadi di dunia dan apa yang dialaminya. Ia dapat mengembangkan suatu fasilitas untuk menimbang dan belajar guna menyesuaikan dan bertindak sesuai dengan lingkungannya. Ego akan bereaksi terhadap keinginan-keinginan Id dengan mempertimbangkan terlebih dahulu apakah keinginannya itu dapat memuaskan atau tidak. Karena di satu pihak Id menuntut dipenuhi kesenangan dengan cepat, tetapi dipihak lain Ego berusaha menekan, menolak atau menundanya dengan mencarikan waktu dan tempat yang lebih sesuai untuk memenuhi kesenangan tersebut. Agar supaya Ego dapat mengatasi konflik dengan Id, maka  ia banyak mendapat bantuan dari Superego.

Konsepsi Superego
Superego sebenarnya adalah kekuatan moral dari personalitas. Ia adalah sumber norma atau standard yang tidak sadar yang menilai dari semua aktivitas ego. Superego menetapkan suatu norma yang memungkinkan Ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Ia juga dapat bertindak sebagai mediator terhadap hukuman dari penyimpangan-pemyimpangan norma. Superego berkembang dari saling interaksinya ego dengan masyarakat. Seseorang tidaklah sadar akan cara kerja superego. Kesadaran dalam superego dikembangkan lewat penyerapan dari nilai-nilai kultural dan moral dalam masyarakat. Sebenarnya, orang tua merupakan salah satu faktor yang amat penting didalam pengembangan superego dari anak-anak.
Superego membantu seseorang dengan menolong Ego melawan impulsanya Id. Namun dalam keadaan tertentu superego dapat juga berlawanan sehingga menimbulkan konflik dengan Ego.

E.Perspektif Hampiran Freudian
Model Freud sebenarnya ditandai dengan konflik dari konstruksi personalitas, dan motivasi ketidaksadaran seperti yang telah dikemukakan di muka. Penyesuaian psikologi terjadi hanya ketika Ego berkembang secara tepat untuk mengatasi konflik yang ditimbulkan dari Id dan superego. Menurut konsep Ego, manusia itu rasional, tetapi menurut Id, superego dan motivasi tidak sadar, memberikan kesan bahwa manusia itu tidak rasional. Hampiran Freudian menyatakan bahwa perilaku manusia itu didasarkan atas emosional. Jikalau Ego tidak mampu mengendalikan Id, maka seseorang itu menjadi agresif, pencandu kesenangan dan dapat merusak masyarakat. Tetapi jika Id terlampau sering dikontrol oleh Ego, maka seseorang itu sulit menyesuaikan diri (maladjusted). Orang tersebut mendapat gangguan kehidupan seks yang tidak normal dan terlalu pasif. Selanjutnya, jika superego terlalu kuat, maka hasilnya orang tersebut menjadi cepat tersinggung dan merasa bersalah.
Freud telah memberikan pengaruh yang besar pada banyak bidang pemikiran abad dua puluh ini. Sebagai suatu contoh ia telah memberikan pengaruh terhadap teknik pengobatan penyakit mental, dan ia pun telah memberikan andil di dalam mengembangkan pemahaman perilaku manusia pada umumnya, dan khususnya secara tidak langsung pada perilaku organisasi. Dalam banyak hal pendekatan psikoanalitis telah memberikan pengaruh terhadap perilaku organisasi, termasuk di dalamnya hal-hal berikut ini.
1)      Perilaku Kreatif, seperti misalnya langkah-langkah tertentu dari proses kreatif yang menurut sifatnya dapat digolongkan pada tindakan tidak sadar.
2)      Ketidakpuasan. Perilaku karyawan seperti misalnya melamun, lupa, acuh tak acuh, rasional, dan juga ketidak hadiran dikantor, kelambatan, sabotase, pemabuk, semua ini dapat dianalisa dalam istilah-istilah psikoanalitis.
3)      Teknik-teknik pengembangan organisasi, seperti misalnya analisa transaksi, yakni suatu usaha untuk mengembangkan kecakapan komunikasi interpesonal, dan mengurangi peranan permainan, demikian juga pengembangan kelompok atau tim pada tingkat tertentu, kesemuanya ini juga termasuk pemikiran psikoanalitis.
4)      Kepemimpinan dan Kekuasaan. Perhatian yang diberikan pada otoritas dan dominasi di dalam pendekatan psikoanalitis adalah dipancarkan dari studi tentang kepemimpinan dan kekuasaan di dalam hubungannya pada tatanan perilaku organisasi.

Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa buah pikiran Freud telah membuktikan mampu memasuki sedemikian jauh dari bidang-bidang pengetahuan. Namun juga diakui banyak kritik dilontarkan kepadanya terutama kritik yang berpusat pada usaha mengatasi motivasi seksual.
Di dalam unsur-unsur psikoanalitis sebagian besar terdiri dari konstruksi hipotesa dan tidak bisa diamati. Id, Ego, dan Superego, pada hakekatnya adalah seperti “peti hitam” (black box) dari manusia (istilah ini pinjam dari istilah manajemen yang mempunyai pengertian bahwa ada sesuatu di dalamnya tetapi tidak dapat dimengerti). Itulah sebabnya mengapa hampir sebagian besar ahli-ahli perilaku modern menoak pendekatan psikoanalitis sebagai penjelasan tunggal dari personalitas atau kepribadian dan perilaku. Namun demikian pandangan-pandangan yang penting, terutama struktur personalitas dan pendapat mengenai motivasi tidak sadar, adalah suatu usaha yang signifikan untuk memahami perilaku manusia pada umumnya, dan butir-butir tersebut diatas mempunyai implikasi yang pasti di dalam memahami aspek-aspek tertentu dari perilaku organisasi.













BAB III
PENUTUP
Ø  kesimpulan
Perilaku itu sendiri hakekatnya adalah suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya. Dilihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena kemampuan, kebutuhan, cara berfikir untuk menentukan pilihan perilaku, pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.
Adapun hampiran atau pendekatan yang seringkali dipergunakan untuk memahami perilaku manusia itu, adalah hampiran kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis.
Berikut ketiga hampiran tersebut, yang masing-masing dilihat dari 6 hal, seperti misalnya : penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat dari kesadaran, dan data yang dipergunakan.


















DAFTAR PUSTAKA
Bennis, Warren G : “Leadership Theory and Administrative Behavior”, Administrative Science Quarterly, December 1959.
Nigro, Felix A. Dan Nigro Lloyd G : The New Public Personnel Administration, 2nd Edition, Itasca III, FF Peacock Publisher, 1981.

Luthans, Fred : Organizational Behavior, New York, Mc-Graw-Hill Book Company, 3th,  Edt 1981.
sebutsajarendy.blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar